CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 19 Maret 2011

Captopril

Indikasi:
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis.

Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

Komposisi:
Setiap tablet mengandung kaptopril 12,5 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 25 mg.
Setiap tablet mengandung kaptopril 50 mg.

Cara Kerja Obat:
Kaptopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk memproduksi
angiotensin I yang besifat inaktif. "Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin Il yang besifat aktif dan merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat kerja ACE, akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal
mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik 'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan reflek takikardia.

Dosis:
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita (individual).
Dewasa:
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap
hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.
Gagal jantung 12,5- 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dsiis perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.

Peringatan dan Perhatian:
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat harus dihentikan dengan segera.
Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui, pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi daripada kadar dalam darah ibu.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif.
Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium, potassium sparing diuretic dan garam-garam polassium.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.
Pada kehamilan trimester ll dan lll dapat menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi, hipoplasiatengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat di mana selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

Efek Samping:
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama
pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentkan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam, faringitis) pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.
Teriadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan.
Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.

Interaksi Obat:
Alkohol.
Obat anti inflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.
Obat-obat berefek hipotensi.

Cara penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering, terlindung dari cahaya.

Kemasan dan Nomor Registrasi:
Captopril 12,5 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9720916010C1
Captopril 25 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL9320916 010 A1
Captopril 50 mg tablet, kotak 10 strip @ 10 tablet
No.Reg. GKL93209160108

5 Manfaat Omega 3 yang Harus Diketahui

Jika Anda ingin memilih lemak yang sehat, kandungan omega 3 pada ikan, suplemen, sayuran dan susu adalah pilihan terbaik. Mengkonsumsi makanan-makanan ini merupakan cara hebat untuk mengatasai masalah.

Omega 3 merupakan jenis lemak terbaik untuk menjadi bagian hidup sehat. Manfaat kandungan omega 3 antara lain:

1. Memerangi Nyeri


Bagaimana omega 3 membantu mengatasi nyeri? Peneliti di University of Pittsburgh Medical Center menemukan bahwa hampir dua pertiga pasien penderita kronis leher dan punggung sakit berhasil mengatasi masalahnya dengan mengonsumsi minyak ini. Setelah mengkonsumsi pil anti nyeri berupa pil minyak ikan, rasa sakit bisa membaik dalam waktu 20-30 hari. Ini salah satu fungsi omega 3 yang memiliki kemampuan untuk memerangi peradangan.

Bagaimana cara mendapatkannya? Tidak perlu harus mengkonsumsi pil minyak ikan, kata dokter Yusuf C Maroon dari University of Pittsburgh. Hanya dengan mengkonsumsi ikan air laut seperti salmon dan kembung serta ikan dari danau, kandungan omega 3 untuk mengatasi nyeri bisa diperoleh.

2. Melangsingkan tubuh


Bagaimana Omega 3 membantu melangsingkan tubuh? Mood Anda untuk diet bisa berubah jika tak bisa melewatkan saat melihat brownies. Ini bisa menggagalkan usaha mengurangi berat badan.

"Tapi omega 3 bisa membantu menstabilkan mood anda," ujar  Douglas Bibus peneliti dan ilmuwan dari Akademi Kesehatan di Universitas Minnesota. Pihaknya pun telah merekomendasikan agar mereka yang mendambakan tubuh langsing untuk mengkonsumsi suplemen berkualitas tinggi selama 30 hari.  "Jika setelah mencoba anda belum melihat adanya perubahan, tambahkan dosisnya," saran dia.

3. Mencegah Depresi


Bagaimana Omega 3 membantu mengatasi depresi? Seperti kita ketahui bentuk lain dari omega 3 adalah DHA yang berfungsi membantu kinerja dan produksi lemak dalam proses kimia. Biasanya, orang yang sering mengalami depresi adalah akibat kekurangan DHA.

Para peneliti percaya suplemen yang mengandung DHA mungkin lebih lembut sehingga bisa lebih efektif sebagai alternatif untuk mengatasi depresi (antidepressant).

4. Melegakan Pernafasan

Omega 3 mungkin bisa membantu mengurangi peradangan yang terkait dengan penyakit asma. Penelitian terbaru dari studi Indiana University menyatakan, para pasien yang mengkonsumsi minyak ikan bisa membantunya melakukan kontrol gerak tubuh lebih baik ketimbang harus melakukan diet mengurangi porsi makan.

5. Menjaga Kesehatan Jantung

Selain untuk memerangi peradangan, omega 3 dapat menurunkan tekanan darah dan mengurangi gumpalan lemak. Selain itu omega 3 juga  dapat membantu memerangi diabetes. Diabetes merupakan  komponen yang kuat, yang mengarah ke lebih banyak risiko pengembangan penyakit jantung. Omega 3 membantu sel darah rendah gula, kunci untuk menghindari diabetes.

Bagaimana cara mendapatkan omega 3? Makan tanaman pangan seperti walnuts, bayam, arugula, alpukat, dan minyak canola, serta  produk dari bahan kedelai yang mengandung lemak tak jenuh seperti tahu. Mereka memiliki bentuk omega 3 yang disebut ASN yang dapat membantu mencegah penyakit jantung.

Mengonsumsi ikan dua kali seminggu juga bisa membantu mencegah penyakit jantung. Dan jika Anda menyukai telur bisa juga untuk mencegah penyakit jantung, karena telur juga mengandung omega 3.

Nifedipine

Indikasi:
Pengobatan dan pencegahan insufisiensi koroner (terutama angina pektoris setelah infark jantung) dan sebagai terapi tambahan pada hipertensi.

Kontra Indikasi:
- Hipersensitivitas terhadap nifedipine.
- Karena pengalaman yang terbatas, pemberian nifedipine pada wanita hamil hanya dilakukan dengan pertimbangan yang hati-hati.

Komposisi:
Tiap tablet selaput mengandung:
Nifedipine 10 mg

Farmakologi:
Nifedipine merupakan antagonis kalsium (calcium channel blocker) yang berefek mengurangi konsumsi oksigen jantung, memperbaiki toleransi latihan pada pasien angina pektoris, mengurangi kebutuhan nitrogliserin dan mengurangi perubahan iskemik jantung saat beristirahat dan beraktivitas. Pada percobaan terhadap hewan, menunjukkan perbaikan perfusi pada miokardium yang iskemik.
 

Pada angina Printzmetal dimana nyeri dada disebabkan oleh spasme koroner, nifedipine terbukti merupakan terapi yang efektif.  

Nifedipine merupakan anti hipertensi poten, dimana responnya lebih bermakna pada tekanan darah inisial yang lebih tinggi.
 

Pada individu dengan normotensif, tekanan darahnya hampir tidak turun sama sekali. Pada pasien hipertensi, nifedipine menurunkan resistensi perifer serta tekanan darah sistolik dan diastolik, meningkatkan volume per menit dan kecepatan jantung, dan juga mengurangi resistensi koroner, meningkatkan aliran koroner dan menurunkan konsumsi oksigen jantung. Efek antihipertensi dari nifedipine dalam dosis tunggal oral memberi onset sangat cepat dalam waktu 15 - 30 menit dan berlangsung selama 6 - 12 jam. Nifedipine cocok untuk terapi hipertensi ringan, sedang dan berat. Terapi dapat dikombinasi dengan betha-bloker, diuretik, metildopa atau klonidin. Pada kasus resistensi pada betha-bloker atau terapi kombinasi betha-bloker dan diuretik, respon positif dapat diperoleh dengan penambahan nifedipine dalam terapi.
 

Penambahan nifedipine secara oral pada krisis hipertensi akan menurunkan tekanan darah dengan cepat dan efektif.
 

Nifedipine juga digunakan untuk terapi hipertensi nefrogenik, hiperaldosteronisme dan feokromositoma.
Berbeda dengan betha-bloker, nifedipine dapat digunakan untuk pasien penderita asma karena tidak meningkatkan disposisi obstruksi bronkial, juga tidak mengganggu sirkulasi prifer tetapi sebaliknya memiliki aksi vasodilatasi. Nifedipine juga cocok digunakan untuk pasien dengan klaudikasi atau sindrom Renaud yang diperburuk oleh betha-bloker.
 

Nifedipine tidak memberi efek ntiaritmia.
Pemberian nifedipine secara oral akan diabsorbsi dengan baik, 92 - 98% terikat oleh protein plasma dan diekskresi dalam bentuk metabolit tidak aktif melalui urin.
 

Nifedipine dalam dosis tunggal diekskresi sebesar 80% dalam waktu 24 jam.
Insufisiensi ginjal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap farmakokinetik nifedipine.

Dosis:
- Dosis tunggal: 5 - 10 mg.
- Dosis rata-rata: 5 - 10 mg, 3 kali sehari.
Interval di antara 2 dosis pemberian tidak kurang dari 2 jam.

Peringan dan Perhatian:
Pemberian nifedipine pada pasien dengan stenosis aorta atau pasien yang sedang diberikan betha-bloker atau obat depresan miokardium lainnya dapat menyebabkan resiko gagal jantung.

Efek Samping:
- Dose dependent disebabkan oleh dilatasi vaskular seperti: sakit kepala atau perasaan tertekan di kepala, flushing, pusing, gangguan lambung, mual, lemas, palpitasi, hipotensi, hipertensi ortostatik, edema tungkai, tremor, kram pada tungkai, kongesti nasal, takikardia, tinitus, reaksi dermatologi.
- Sangat jarang terjadi, dilaporkan pada pemakaian nifedipine jangka panjang terjadi hiperplasia gusi dan segera kembali ketika pemakaian nifedipine dihentikan.
- Efek samping berat yang memerlukan penghentian pengobatan relatif jarang terjadi.

Interaksi Obat:
- Penggunaan nifedipine bersamaan dengan betha-bloker mempotensi efek antihipertensi nifedipine.
- Penggunaan nifedipine bersamaan dengan betha-bloker pada pasien dengan insufisiensi jantung, terapi harus dimulai dengan dosis kecil dan pasien harus dimonitor dengan sangat hati-hati.
- Penggunaan nifedipine bersamaan dengansimetidin (tidak pada ranitidin) meningkatkan konsentrasi plasma dan efek antihipertensi nifedipine.

Overdosis:
Intoksikasi nifedipine jarang dijumpai.
Dosis 210 mg menyebabkan hipotensi berat dan blok atrioventrikular total. Terapi hipertensi dan blok atrioventrikular dianjurkan dengan infus simpatomimetik (isoprenalin, dopamin) yang memberikan aksi yang berlawanan dengan nifedipine dengan meningkatkan perfusi kalsium ke dlam sel miokardium. Larutan kalsium glikonat 10% dapat diberikan dengan dosis inisial 10 - 20 mlditingkatkan sesuai respon.

Ditemukan: Virus Demam yang Dibawa Kutu

Ditemukan sebuah virus yang dikenal dengan nama SFTSV (severe fever with thrombocytopenia syndrome bunyavirus), dalam penelitian para ilmuwan di Pusat China untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Chinese Center for Disease Control and Prevention/CDC). Diketahui virus ini dibawa oleh kutu.

Virus menyebabkan setidaknya 36 kematian di enam provinsi di China pada September lalu. Menurut laporan dari Kantor Berita Xinhua di Beijing, orang-orang dengan virus tersebut dapat mengalami demam kemudian berkembang cepat menjadi kegagalan fungsi pada beberapa organ. "Serta ada kasus dengan tingkat kematian awal sangat tinggi 30 persen," tambah Wang.

Direktur Kepala CDC Wang Yu mengatakan, pada rentang waktu antara akhir Maret dan pertengahan Juli 2009, gejala penyakit menular pada manusia itu dilaporkan di daerah pedesaan Hubei tengah dan provinsi Henan, tapi penyebab dari gejala-gejala tidak diketahui kemudian.

Gejala utamanya berupa demam, berkurangnya sel darah merah pada tubuh, gangguan pada usus, dan penambahan jumlah sel darah putih. 

Sedangkan Li Dexin, direktur lembaga virus CDC, mengatakan petani yang tinggal di daerah pegunungan yang paling rentan terhadap gigitan kutu yang lazim antara bulan Mei dan Juli. "Kemungkinannya SFTSV sudah muncul di China untuk beberapa saat, tetapi masih belum ditemukan, hingga sekarang," katanya.

Lembaga virus itu telah melakukan uji tes pada lebih dari 600 serum darah pasien, yang mengidentifikasikan bahwa SFTSV adalah si pembunuh. 
 
(Sumber: KBN Antara/Kompas/Medscape)