Aku telah berpencar ke seluruh
penjuru, ternyata pencarianku berhenti padamu. Tiba-tiba kamu tiba dan
mengubah yang tiada menjadi ada, seperti cinta misalnya.Kamulah tempat
pandangan kornea perlahan-lahan berpusat. Kamulah satu-satunya labirin
yang membuatku rela tersesat. Kini kutemukan radar yang mampu mendeteksi
keberadaanmu dengan kuat meski tak dari jarak yang dekat, mungkin lewat
hati yang sudah ingin melekat.
Setiap kali kamu lewat, rasa di dada mulai
bergetar hebat, namun bibir bisu merapat. Berharap ini pertanda bahwa
kamulah sosok yang kutunggu, bukan yang hanya mampir sesaat. Aku mulai
berharap banyak pada ini-itu, termasuk kebetulan-kebetulan yang
sebenarnya tak pernah masuk akal. Berdoa semoga ini cara takdir
menyatukan kita sebagai kelak yang kekal.
Bukalah pintu di dadamu, sebab telah kuketuk
sejak pertama kita bertemu. Bukalah celah pada hatimu, agar anak-anak
rinduku bisa berteduh dari hujan cemas; sebab menjadi yang belum pasti
selalu membuatku was-was.
Dari segala perasaan-perasaan yang tersimpan,
ada satu ketakutan mengapa belum juga isi hati kuutarakan. Benar aku
dihampiri keraguan kalau perasaan ini sedang kubangun sendirian. Dan
dibalik ketidaktahuan, cinta tak sama sekali kamu rasakan. Tapi aku
berdoa, semoga kesempatan masih diberikan agar hatimu tak berpenghuni
dan pada suatu waktu hatimu bisa kucuri.
Mungkin keberanian belum bermain dalam arena
permainan karena dulu kekecewaan lahir sebagai juara bertahan. Tapi kini
kuletakkan percaya pada tingkat pertama diatas segalanya. Karena jika
hanya menaruh mata pada masa lalu, selamanya akan terkubur disitu. Jika
benar cinta milik orang yang percaya, aku akan memulainya lewat
mempercayai cinta yang masih berwujud pinta. Jika benar cinta milik
orang yang percaya, seandainya kecewa lagi-lagi tiba aku akan
menganggapnya sebagai guru pendewasa.
Sementara setiap pertemuan selalu membawa
kepada ketidakpastian, entah mengapa aku justru terus memupuk nyali.
Sebab pada hati yang sama, aku terjatuh berkali-kali. Seakan aku percaya
sepenuhnya pada takdir yang kelak akan menjadikan kita sejoli. Namun
aku mengerti, bahwa hal yang paling buruk sekalipun bisa saja terjadi.
Kamu memilih lain hati, misalnya.
Yang perlu kamu tahu, tak mengapa aku diminta
terus menunggu, jika pada akhirnya tetap padaku hatimu menuju. Tak
mengapa aku diminta terus bersabar, jika pada akhirnya tetap untukku
rasamu menyebar. Juga, tak mengapa aku harus menghentikan rasa, jika
pada akhirnya tetap bukan padaku kamu menitip cinta.
Aku tak peduli dengan kekhawatiran tentang
harapan yang akan pupus, pun pada luka yang nantinya akan membius.
Padamu aku ingin menetapkan titik fokus. Aku tahu ini terlihat
tiba-tiba, tapi sungguh hati tak mengada-ada. Jika bisa kuelakkan teori
gravitasi yang menantangi hati untuk terlempar lebih ja(t)uh lagi, pasti
kulakukan. Tapi mungkin begini kerja cinta yang sulit dibaca logika,
tak bisa kita bermatematika atau memakai rumus-rumus yang tersimpan
dalam kepala. Selama apapun memutarinya, takkan bertemu jalan keluarnya.
Karena cinta bekerja lewat cara rahasia.
Sungguh, aku lelah dipermainkan hatiku sendiri. Rasanya ingin tanyakan segera: akankah kamu memilihku, atau yang bukan aku?
Ketidakpastian memang indah, membuat kita
berdebar dan banyak menduga. Namun apalah yang lebih indah dari
kepastian yang sesungguhnya, ketika ada rasa yang saling berkata ‘iya’
untuk sebuah keadaan ‘bersama’?
Sampai kapan harus menunggu agar takdir kita saling menjemput? Sampai kapan harus menunggu agar cinta kita saling menyambut?
Sampai Tuhan mengizinkan, tentu saja. Ya, aku sebetulnya tahu jawabnya, namun aku terlalu tak sabar untuk segera melaluinya.
Kedatanganmu yang tiba-tiba memang
mengejutkan seisi hati. Ada tanya yang menggerogoti, “Siapkah jatuh,
hati?” Setelah kuloncati satu persatu peristiwa yang menghadirkan kita
ditengah-tengahnya, aku sadar jika saja semua terlewati tanpamu pasti
semudah itu muncul rindu. Tanpa perlu kupompa keluar, rindu sudah
menunggu di luar pagar. Berkali-kali lagi bahagia pun dibawa oleh kedua
tanganmu disetiap kedatanganmu.
Lewat cara-cara sederhana, aku telah jatuh
cinta. Meski dikunjungi tiba-tiba, aku tak ingin kamu keluar sebagai
pengunjung, tapi inginku sebagai pengisi satu-satunya relung. Menghitung
hari tidaklah menjadi mudah bagiku, sebab setiap detik waktu selalu
mendesak untuk bertemu. Juga tak mudah untuk mencoba tenangkan inginku
yang hanya kamu, mungkin begitulah mencinta tanpa jemu.
Pada akhirnya nanti, yang kupunya hanya harap
dan doa dalam kotak hati. Semoga semesta memberi jalan yang pasti agar
kamu datang membuka kunci, kemudian kita saling memiliki.
*ditulis berdasarkan interpretasi lagu Tiba-Tiba Cinta Datang - Maudy Ayunda
http://kolaborasirasa.tumblr.com/
0 komentar:
Posting Komentar