Kesehatan secara keseluruhan sangat penting selama hamil. “Kehamilan yang sehat akan sangat mempengaruhi kualitas kelahiran dan bayi yang dilahirkan,” kata dr. Hasnah Siregar, Sp.OG dari RSAB Harapan Kita, Jakarta.
Salah satu faktor yang tak kalah penting selama kehamilan adalah pengaturan berat badan. Di Indonesia, berat badan ideal calon ibu saat mulai kehamilan (start hamil) adalah antara 45 - 65 kg. Jika kurang dari 45 kg, sebaiknya berat badan dinaikkan lebih dulu hingga mencapai 45 kg sebelum hamil. “Begitu juga sebaliknya, bila berat badan calon ibu lebih dari 65 kg, sebaiknya berat badan diturunkan sampai di bawah 65 kg sebelum hamil,” lanjutnya.
Sayangnya, sangat jarang wanita yang merencanakan berat badannya sebelum memulai kehamilan. “Padahal, berat badan calon ibu yang kurang dari 45 kg atau lebih dari 65 kg, akan membuat kehamilan menjadi berisiko (low risk),”lanjut Hasnah. Berat badan calon ibu yang kurang (underweight) atau berlebih (overweight), akan berisiko melahirkan bayi dengan berat badan kurang atau berat bayi lahir rendah (BBLR). “Bayi dengan BBLR tentu akan terganggu perkembangan dan kecerdasannya, selain kesehatan fisiknya yang juga kurang bagus”.
Bagi si ibu pun tak kalah berisikonya. “Jika berat badannya berlebih, ia bisa mengalami perdarahan atau keracunan kehamilan. Mula-mula overweight, lalu tensi naik, bengkak kaki, ginjal bermasalah, akhirnya keracunan hamil,” tandas Hasnah. Saat kelahiran, biasanya juga selalu terjadi komplikasi.
Hati-hati Pre-Eklampsia
Berapa sebenarnya kenaikan berat badan yang ideal selama hamil? Rumusnya, setiap bulan, berat badan harus naik 1 kg sampai kehamilan berusia 20 minggu. Kemudian, naik 2 kg per bulan sesudah kehamilan 20 minggu. “Jadi, jika wanita memulai kehamilan dengan berat badan 45-65 kg, kenaikan ideal selama hamil adalah antara 12-14 kg. Sementara jika berat badan saat mulai hamil di bawah 45 kg, pertambahan berat badan yang dianjurkan adalah antara 12,5-18 kg, serta kenaikan 7-11,5 kg jika berat badan saat start hamil lebih dari 65 kg,” lanjut Hasnah.
Kenaikan berat badan yang tidak sesuai dengan rumus ideal tadi tidak baik dan berisiko. Misalnya, kenaikan yang berlebih atau sangat cepat. “Jika ini terjadi, sebaiknya hati-hati, karena bisa jadi merupakan indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan (pre-eklampsia) atau diabetes,” papar Hasnah.
Bukan itu saja, tubuh ibu hamil pun bisa bengkak, entah di kaki maupun perutnya. Selain itu, juga bisa menghambat pertumbuhan janin. “Pasalnya, pengiriman makanan ke janin jadi berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah. Nah, kalau penyempitan pembuluh darah ini menghebat, bisa berakibat fatal bagi janin,” lanjut Hasnah. Berat badan yang berlebih pun bisa mempengaruhi proses persalinan. Misalnya, tidak kuat mengejan.
Umumnya, peningkatan berat badan yang cepat terjadi pada akhir masa kehamilan. Biasanya, jika terjadi peningkatan berlebihan selama bulan tertentu, hingga 5 kg misalnya, dokter akan menyarankan untuk diet. Dua bulan berikutnya, berat badan calon ibu harus stabil (tidak boleh naik dan boleh turun). “Ini bisa dilakukan dengan mengatur kembali daftar makanannya. Biasanya dengan cara mengurangi asupan lemak dan karbohidrat, seperti gula, nasi, keju, gorengan, dan memperbanyak konsumsi protein, seperti ikan, daging, telur, kacang-kacangan, juga buah-buahan, karena sangat diperlukan bagi pertumbuhan janin dalam kandungan.”
Pandai memilih makanan
Bagaimana jika berat badan tak kunjung naik atau malah turun selama hamil? “Ibu hamil harus banyak makan makanan berlemak dan yang mengandung karbohidrat tinggi, seperti es krim, alpokat, cakes, hingga berat badan meningkat, tapi tetap dalam batas kenaikan yang ideal,” jelas Hasnah.
Biasanya, sulitnya berat badan naik terjadi di bulan-bulan awal kehamilan. “Pada trimester pertama kehamilan, wanita hamil biasanya sering mual atau muntah, sehingga kehilangan nafsu makan. Padahal, di trimester inilah, otak, panca indera dan alat kelamin janin dibentuk,” kata Hasnah. Jika ini terus berlangsung sampai trimester berikutnya, bukan tidak mungkin asupan gizi janin akan terganggu, sehingga pertumbuhan janin menjadi terhambat.
Oleh karena itu, calon ibu harus pandai-pandai memilih makanan agar nafsu makannya tetap terjaga. “Untuk menghindari mual, sebaiknya hindari makanan berlemak, makanan yang dingin, atau makanan yang terlalu asam,” saran Hasnah.
Selain itu, faktor psikis juga berpengaruh terhadap nafsu makan calon ibu. Misalnya, apakah ia memang mengharapkan kehamilannya atau tidak. “Ada lho wanita yang sebetulnya belum pingin hamil, tapi lalu hamil. Ini tentu harus dipertimbangkan karena bisa mempengaruhi psikisnya,” lanjut Hasnah seraya menegaskan bahwa pada trimester pertama kehamilan, berat badan harus naik, meski merasa mual atau muntah. “Berat badan enggak naik saja enggak boleh kok, apalagi turun.”
Biasanya, pada trimester kedua kehamilan, calon ibu sudah tenang, nafsu makannya juga sudah pulih. Di trimester ini, rasa mual sudah hilang. “Tapi, tetap harus hati-hati juga, jangan sampai berat badan naik berlebihan,” anjur Hasnah.
Rumus kenaikan berat badan ideal harus diperhatikan betul. Misalnya, bulan ini harus naik 2 kilo, tapi ternyata kenaikan 2 kilo sudah terjadi pada 2 minggu pertama. “Maka, 2 minggu berikutnya dia harus diet.” Atau, 2 minggu pertama, berat badan belum naik, maka calon ibu harus mengejar ketingalan di 2 minggu berikutnya.
Kalau berat badan ideal tercapai, kelahiran pun akan berjalan mudah, tanpa komplikasi. Atau, kalau pun ada, cuma sedikit (low risk). “Nifas juga akan segera usai, selain juga tidak merusak bentuk tubuh.” Ya, berat badan yang ideal selama hamil akan segera mengembalikan bentuk tubuh ke berat badan semula setelah melahirkan. “Ibu pun akan kembali cantik, tanpa perlu bersusah-payah menguruskan berat badannya.”
Rajin-rajin kontrol
Apa saja yang harus dilakukan agar berat badan ideal bisa tercapai?
• Sebaiknya sebelum hamil, konsultasi ke dokter tentang faktor-faktor penyakit yang mengganggu kehamilan, termasuk BB (kurang atau lebih).
• Turuti advis dokter tentang BB bulan per bulan. Tanyakan diet yang cocok dengan kondisi Anda. Misalnya kalau memang berlebihan, tentu ada diet, dan sebagainya.
• Rajin kontrol ke dokter. Jika dokter jeli dan pasien rajin kontrol serta tidak mempunyai penyulit selama kehamilan, entah itu diabetes ataupun gondong, biasanya berat standar itu tercapai.
Gigi rusak bisa bermasalah
Kurang atau bahkan turunnya berat tak hanya terjadi pada ibu hamil yang kehilangan nafsu makan. “Ada juga calon ibu yang makannya banyak, tapi berat badannya tidak naik-naik. Kalau ini yang terjadi, harus dicek komposisi makanannya. Jangan-jangan makanan yang dikonsumsinya tak bergizi, asal kenyang saja,” kata Hasnah.
Jika kualitas makanan yang dikonsumsi sudah baik, tapi ia tetap saja kurus, harus dicek, adakah sesuatu yang tak beres di alat pencernaan atau giginya. “Gigi yang rusak pun terkadang membuat makanan tidak dapat dikunyah dengan baik, sehingga tidak dapat dicerna dan diserap secara sempurna oleh tubuh. Akibatnya, janin tak mendapat suplai makanan dengan baik, sehingga pertumbuhannya jadi terhambat,” jelas Hasnah.
Yang jelas, berapa pun berat badan saat mulai hamil, kenaikan tetap harus sesuai rumus kenaikan berat badan. Setelah hamil berat badan juga harus selalu naik sesuai kenaikan yang ideal. “Jangan setelah hamil lalu nggak makan karena sudah gemuk. Kalau ini yang dilakukan, asupan gizi bagi janin akan terganggu.”
Berat bayi ideal
Berapa sebetulnya berat janin yang normal sesuai usianya? Pada usia kehamilan 20 minggu, berat janin kira-kira 0,5 kg. Pada usia kehamilan 36 minggu, ia harus mencapai 2,5 kg. Selanjutnya, mendekati kelahiran, beratnya harus mencapai 3 kg. “Berat badan ideal bayi Indonesia adalah antara 3-3,5 kg. Jika pertumbuhan janin tidak sesuai dengan rumus di atas, harus diteliti sebab-sebabnya. Apakah ada kelainan anggota tubuh, misalnya kelainan ginjal yang menyebabkan hidramnion, atau bagaimana sistem pencernaannya,”
0 komentar:
Posting Komentar