CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 13 November 2012

Seni Mencinta




Ada yang berbeda, ketika mata kita saling bertemu di titik yang sama. Ada yang bergetar tanpa mengenal irama, kala sesungging senyum melebar, meski entah dipersembahkan untuk siapa. Pintu yang sudah tertutup entah siapa yang mengetuk, namun aku hanya berkeinginan untuk mempersilakanmu masuk.

Kamukah itu, sosok yang selama ini aku tunggu-tunggu? Kamukah itu, pelabuhan di mana kita semestinya bertemu?

Ini baru pertemuan pertama, tapi hati seperti yakin hanya kamulah yang bisa membuatku tak ingin berjauhan lama-lama. Ini baru pertemuan pertama, tapi aku sudah menantikan pertemuan berikutnya. Ini baru pertemuan pertama, tapi kamus dikepala sudah ingin mengisi definisi-definisi tentang segala yang kau suka. Ini baru pertemuan pertama, tapi langkah kaki sudah ingin menuju ke tempat dimana kau berada. Aku bahagia tentang hadirmu yang tiba-tiba ada. Pelan-pelan akan kuordinasikan hati agar tak terlalu tinggi berekspektasi, tapi tetap menyeimbangkan percaya agar tetap tinggal di hati.

Ini salah satu ketidaksengajaan yang di rencanakan Tuhan kan?

Aku bukan yang terlalu piawai tentang cinta, seperti belum juga sepenuhnya mengerti tentang apa yang sedang kurasa. Namun kehadiranmu sudah menjadi salah satu yang selalu kutunggu-tunggu. Pertemuan kita di kali kedua adalah yang kerap kudamba-damba. Jika kita bertemu nanti, akankah semesta menciptakan kesan yang baik bagi masing-masing hati? Jika kita bertemu nanti, akankah kebahagiaan yang akan kita bawa saat pulang nanti? Aku berhenti untuk menggantungkan mimpi tinggi-tinggi, karena sadar aku bukanlah sosok yang mengerti bagaimana caranya jatuh dengan hati-hati.

Pawai cinta sedang marak-maraknya di kepala. Sekali namamu terbisik, rindu pun ikut mengusik. Pantaskah rindu kumiliki pada seorang yang ada dalam sekali temu? Tapi bukankah rindu itu tak mengenal frekuensi waktu sesering apa kita hadir dalam temu, dan selama apa aku mengenalmu? Bukankah rindu itu makanan rakyat jelata, tanpa ada status sosial yang membeda-bedakan strata? Jikalau saja bisa bernego dengan peri waktu, aku ingin Ia menghentikan jarum-jarum yang berlarian itu saat aku bersamamu. Pasti itu adalah kado termanis yang bisa dihadiahkan untukku. Tapi semesta lebih pandai dalam menguntai cerita soal cinta.

Beginilah esensi seninya perjalanan cinta, aku ingin kita perlahan-lahan menikmatinya

Kepada waktu, kutitipkan percaya tanpa sedikitpun ragu. Karena aku yakin, ia yang paling tahu kapan saat yang tepat untuk kita bertemu. Sementara senyum yang akan sedikit tersamarkan dan degup yang pastinya tak karuan kuserahkan kepada semesta. Aku tahu, ia yang paling ahli dalam mempertemukan dua hati untuk melangkah bersama. Jika ada kesempatan untuk bertemu lagi, semoga Sang Maha mengizinkanku untuk berbenah diri sehingga ke hidup ini kamu dapat dengan leluasa menjejakkan kaki. Serupa anak kecil yang paling gemar menunggu kejutan, seperti itu semestinya kita menjalani kehidupan. Maka dari itu tidak perlu aku menduga-duga akan masa depan, karena memberikan kejutan itu merupakan kesenangan Tuhan.



Selamat jatuh cinta, para pencinta.



From: http://kolaborasirasa.tumblr.com/post/35177957477/seni-mencinta

0 komentar:

Posting Komentar