CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 01 November 2012

Teka Teki Kita. Sebuah Kolaborasi.

Pada cermin bahagia, aku berkaca. Ada bayanganmu di seberang sana, seperti berkata bahwa cinta sudah semakin dekat, namun tetap saja masih ada sekat.
Ruang kosong di dadaku inginkan kamu. Dan aku tahu, di dadamu terjadi kejadian serupa. Sebab berkali-kali kamu katakan, kamu ingin kita bersama. Meski belum ada waktu yang tepat untuk memulainya.

Tak terjabarkan bagaimana isi selorong perasaan yang menanti aba-aba Tuhan untuk menyatukan. Pada dua sisi, aku benci keragu-raguan antara melepas pergi atau mempertahankan kita yang berkemungkinan jadi.
Mau pasang taruhan berapa jika ingin buktikan kadar cinta yang kupunya sebesar semesta? Kita adalah olesan garis yang sedang berhenti dilukis. Mungkin perhentian ini bagian ujian keyakinan.

Hanya sesak yang menyemarakkan, seakan mereka yang paling mengerti tentang keadaan. Kita sama-sama sedang menunggu waktu yang tepat, namun ia tak juga mendekat. Langkah ini sudah menujumu, sepasang mata ini menatapmu, namun semesta seperti belum berpihak kepadaku. 

Bukankah perasaan kita saling berpapasan?
Lalu kapan kebersamaan kita diresmikan?
Kamu seperti segenggam angin pada telapak tangan. Aku tahu kamu di situ, namun tak juga sanggup kamu kusentuh.

Satu hal yang selalu membuatku bertahan, setiamu tak hanya sebatas perkataan. Kamu berhasil menjaga hati dari mereka yang mendekati. Tak heran, mengapa aku bersikeras ingin terus menanti. Namun tetap saja, kita belum sampai ke mana-mana. Kita masih berada di ‘antara’. Antara iya dan tidak. Antara masih sendiri, dan telah bersama.
Lalu, harus menunggu kepastian sampai kapan? Sementara waktu tak mampu kuberhentikan, dan cinta tak bisa mudah kuhapuskan.

Rem pemberhenti apa yang membuat hati sesesak ini. Laju-laju itu tak seperti dulu, entah maju entah ragu. Aku paham posisimu. Ingin berlari mengejarku tapi masalah lainnya seperti menahan kedua kakimu. Sedangkan hatiku seakan lelah menanti di ruang yang terbatas tanpamu ini. 

Termasuk egoiskah kita pada hati yang saling mengingini?
Jalur sudah di depan mata, tapi sedikit pandangan kabur sudah ingin mundur. Pengalaman yang telah berlalu mengajariku sesuatu. Waktu tak pernah bisa menunggu, jangan terpaku, jangan berporos disitu, karena nanti kamu yang akan menyesali itu. Teratas nama hal-hal yang tak terprediksi, aku ingin kamu memberi kata pasti bahwa aku tak sia-sia menunggu disini.

Pada kita yang kenyataannya sedang saling mendamba, waktu seakan memerintahkan untuk kita lebih lama lagi menunggu. Terkadang lelah senantiasa menghampiri hati yang sedang mengingini, namun tak juga disuguhi hubungan yang pasti.

Ketika aku kemudian memilih untuk melepas, ada tanganmu menggenggam erat, seperti tak ikhlas. Namun kamu tahu, kita berdua tahu, bahwa kita sudah terlalu lama bermain dengan waktu. Kita mungkin sudah melebihi batas paling maksimal untuk menunggu.

Memintaku tetap tinggal sebetulnya bukan tugasmu. Sebab belum juga ada ketetapan yang bisa kamu berikan padaku. Namun, melepas pun bukan keinginanku. Sebab ada hati yang tak mau patuh, darimu ia tak mau menjauh.

Sudah terbayang dalam angan, ketika datang waktunya aku dan kamu kelak menjadi kita. Tak akan ada yang lebih bahagia, selain hati kita. 
Semoga rencana rasa ini tak akan berhenti seketika. Semoga selalu ada kesempatan untuk melanjutkan asa. Semoga pada akhirnya kita memang ditakdirkan bersama dan penantian ini tak akan sia-sia.
Bersabarlah menanti bahagia, wahai kita berdua..


*hasil bersatunya kepingan kata-kata dari jemari kami; @idrchi @estipilami dan @lovepathie. 

http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/

0 komentar:

Posting Komentar