skip to main  |
      skip to sidebar
        
      
        
      
Saudariku, apa yang menghalangimu berjilbab walau nyata engkau telah mengetahui hukumnya..!!! Menyikapi alasan-alasan akhwat yang enggan berjilbab. Jilbab juga merupakan konsekuensi nyata dari seorang wanita yang  menyatakan bahwa dia telah beriman kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya  shallallahu‘alaihi wa sallam . Selain itu, jilbab juga merupakan lambang  kehormatan, kesucian, rasa malu, dan  kecemburuan. Dan semua itu Allah jadikan baik untukmu. Tidakkah hatimu  terketuk dengan kasih sayang Rabb kita yang tiada duanya ini?
“Aku Belum Berjilbab, Karena…”
1. “Hatiku masih belum mantap untuk berjilbab. Jika hatiku sudah  mantap, aku akan segera berjilbab. Lagipula aku masih melaksanakan  shalat, puasa dan semua perintah wajib kok..”
Wahai saudariku…  Sadarkah engkau, siapa yang memerintahmu untuk mengenakan jilbab?  Dia-lah Allah, Rabb-mu, Rabb seluruh manusia, Rabb alam semesta. Engkau  telah melakukan berbagai perintah Allah yang berpangkal dari iman dan  ketaatan, tetapi mengapa engkau beriman kepada sebagian ketetapan-Nya  dan ingkar terhadap sebagian yang lain, padahal engkau mengetahui bahwa  sumber dari semua perintah itu adalah satu, yakni Allah Subhanahu wa  Ta’ala. Seperti shalat dan amalan lain yang senantiasa engkau  kerjakan, maka berjilbab pun adalah satu amalan yang seharusnya juga  engkau perhatikan. 
Allah Ta’ala telah menurunkan perintah  hijab kepada setiap wanita mukminah. Maka itu berarti bahwa hanya  wanita-wanita yang memiliki iman yang ridha mengerjakan perintah ini.  Adakah engkau tidak termasuk ke dalam golongan wanita mukminah?
Ingatlah saudariku, bahwa sesungguhnya keadaanmu yang tidak berjilbab  namun masih mengerjakan amalan-amalan lain, adalah seperti orang yang  membawa satu kendi penuh dengan kebaikan akan tetapi kendi itu  berlubang, karena engkau tidak berjilbab. Janganlah engkau sia-siakan  amal shalihmu disebabkan orang-orang yang dengan bebas di setiap tempat  memandangi dirimu yang tidak mengenakan jilbab. Silakan engkau  bandingkan jumlah lelaki yang bukan mahram yang melihatmu tanpa jilbab  setiap hari dengan jumlah pahala yang engkau peroleh, adakah sama  banyaknya?
2. “Iman kan letaknya di hati. Dan yang tahu hati seseorang hanya aku dan Allah.”
Duhai saudariku…Tahukah engkau bahwa sahnya iman seseorang itu terwujud  dengan tiga hal, yakni meyakini sepenuhnya dengan hati, menyebutnya  dengan lisan, dan melakukannya dengan perbuatan ?
Seseorang  yang beramal hanya sebatas perbuatan dan lisan, tanpa disertai dengan  keyakinan penuh dalam hatinya,maka dia termasuk ke dalam golongan orang  munafik. 
Sementara seseorang yang beriman hanya dengan hatinya, tanpa  direalisasikan dengan amal perbuatan yang nyata, maka dia termasuk  kepada golongan orang fasik. 
Keduanya bukanlah bagian dari golongan  orang mukmin. Karena seorang mukmin tidak hanya meyakini dengan hati,  tetapi dia juga merealisasikan apa yang diyakininya melalui lisan dan  amal perbuatan. Dan jika engkau telah mengimani perintah jilbab dengan  hatimu dan engkau juga telah mengakuinya dengan lisanmu, maka  sempurnakanlah keyakinanmu itu dengan bersegera mengamalkan perintah  jilbab.
3. “Aku kan masih muda…”
Saudariku tercinta…  Engkau berkata bahwa usiamu masih belia sehingga menahanmu dari  mengenakan jilbab, dapatkah engkau menjamin bahwa esok masih untuk  dirimu? 
Apakah engkau telah mengetahui jatah hidupmu di dunia,  sehingga engkau berkata bahwa engkau masih muda dan masih memiliki  waktu yang panjang? Belumkah engkau baca firman Allah ‘Azza wa Jalla yang  artinya, “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, jika kamu sesungguhnya mengetahui.” (Qs. Al-Mu’minuun: 114)
“Pada hari mereka melihat adzab yang diancam kepada mereka, (mereka  merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang  hari. (Inilah) waktu pelajaran yang cukup.” (Qs. Al-Ahqaaf: 35)
Tidakkah engkau perhatikan tetanggamu atau teman karibmu yang seusia  denganmu atau di bawah usiamu telah menemui Malaikat Maut karena  perintah Allah ‘Azza wa Jalla? Tidakkah juga engkau perhatikan si  fulanah yang kemarin masih baik-baik saja, tiba-tiba menemui ajalnya  dan menjadi mayat hari ini? Tidakkah semua itu menjadi peringatan bagimu,  bahwa kematian tidak hanya mengetuk pintu orang yang sekarat atau pun  orang yang lanjut usia? Dan Malaikat Maut tidak akan memberimu  penangguhan waktu barang sedetik pun, ketika ajalmu sudah sampai.
 
4. “Jilbab bikin rambutku jadi rontok…”
  Sepertinya engkau belum mengetahui fakta terbaru mengenai ‘canggih’nya  jilbab. Dr. Muhammad Nidaa berkata dalam Al-Hijaab wa Ta’tsiruuha ‘Ala  Shihhah wa Salamatus Sya’ri tentang pengaruh jilbab terhadap kesehatan  dan keselamatan rambut,
“Jilbab dapat melindungi rambut.  Penelitian dan percobaan telah membuktikan bahwa perubahan cuaca dan  cahaya matahari langsung akan menyebabkan hilangnya kecantikan rambut  dan pudarnya warna rambut. Sehingga rambut menjadi kasar dan berwarna  kusam. Sebagaimana juga udara luar (oksigen) dan hawa tidaklah berperan  dalam pertumbuhan rambut. Karena bagian rambut yang terlihat diatas  kepala yang dikenal dengan sebutan batang rambut tidak lain adalah  sel-sel kornea (yang tidak memiliki kehidupan). Ia akan terus memanjang  berbagi sama rata dengan rambut yang ada di dalam kulit. Bagian yang  aktif inilah yang menyebabkan rambut bertambah panjang dengan ukuran  sekian millimeter setiap hari. Ia mendapatkan suplai makanan dari  sel-sel darah dalam kulit. Dari sana dapat kita katakan bahwa kesehatan  rambut bergantung pada kesehatan tubuh secara umum.
5. “Kalau  aku pakai jilbab, nanti tidak ada laki-laki yang mau menikah denganku.  Jadi, aku pakai jilbabnya nanti saja, sesudah menikah.”
Wahai  saudariku… Tahukah engkau siapakah lelaki yang datang meminangmu itu,  sementara engkau masih belum berjilbab? Dia adalah lelaki dayyuts , yang  tidak memiliki perasaan cemburu melihatmu mengobral aurat sembarangan. 
Bagaimana engkau bisa berpendapat bahwa setelah menikah nanti, suamimu  itu akan ridha membiarkanmu mengulur jilbab dan menutup aurat, sementara  sebelum pernikahan itu terjadi dia masih santai saja mendapati dirimu  tampil dengan pakaian ala kadarnya? Jika benar dia mencintai dirimu,  maka seharusnya dia memiliki perasaan cemburu ketika melihat auratmu  terbuka barang sejengkal saja. Dia akan menjaga dirimu dari pandangan  liar lelaki hidung belang yang berkeliaran di luar sana. Dia akan lebih  memilih dirimu yang berjilbab daripada dirimu yang tanpa jilbab. Inilah  yang dinamakan pembuktian cinta yang hakiki!
Maka, jika datang  seorang lelaki yang meminangmu dan ridha atas keadaanmu yang masih belum  berjilbab, waspadalah. Jangan-jangan dia adalah lelaki dayyuts yang  menjadi calon penghuni Neraka. Sekarang pikirkanlah olehmu saudariku,  kemanakah bahtera rumah tanggamu akan bermuara apabila nahkodanya adalah  calon penghuni Neraka?
6. “Pakai jilbab itu ribet dan mengganggu pekerjaan. Bisa-bisa nanti aku dipecat dari pekerjaan.”
Saudariku… Islam tidak pernah membatasi ruang gerak seseorang selama  hal tersebut tidak mengandung kemaksiatan kepada Allah. Akan tetapi,  Islam membatasi segala hal yang dapat membahayakan seorang wanita  dalam melakukan aktivitasnya baik dari sisi dunia maupun dari sisi  akhiratnya. 
Jilbab yang menjadi salah satu syari’at Islam adalah sebuah  penghargaan sekaligus perlindungan bagi kaum wanita, terutama jika dia  hendak melakukan aktivitas di luar rumahnya. Maka dengan perginya engkau  untuk bekerja di luar rumah tanpa jilbab justru akan mendatangkan  petaka yang seharusnya dapat engkau hindari. Alih-alih mempertahankan  pekerjaan, engkau malah menggadaikan kehormatan dan harga dirimu demi  setumpuk materi.
Tahukah engkau saudariku, siapa yang memberimu  rizki? Bukankah Allah -Rabb yang berada di atas ‘Arsy-Nya- yang  memerintahkan para malaikat untuk membagikan rizki kepada setiap hamba  tanpa ada yang dikurangi barang sedikitpun? Mengapa engkau lebih  mengkhawatirkan atasanmu yang juga rizkinya bergantung kepada  kemurahan Allah?
 
7. “Jilbab itu bikin gerah, dan aku tidak kuat kepanasan.”
  Saudariku… Panas mentari yang engkau rasakan di dalam dunia ini tidak  sebanding dengan panasnya Neraka yang akan kau terima kelak, jika engkau  masih belum mau untuk berjilbab. Sungguh, dia tidak sebanding. 
Apakah  engkau belum mendengar firman Allah yang berbunyi,
“Katakanlah: ‘(Api) Neraka Jahannam itu lebih sangat panas.Jika mereka mengetahui.’” (Qs. At-Taubah: 81)
Dan sabda Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya,
“Sesungguhnya api Neraka Jahannam itu dilebihkan panasnya (dari panas  api di bumi sebesar) enam puluh sembilan kali lipat (bagian).” [Hadits  shahih. Riwayat Muslim (no. 2843) dan Ahmad (no. 8132). 
Lihat juga  Shahih Al-Jaami ' (no. 6742), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu  'anhu ] Manakah yang lebih sanggup engkau bersabar darinya, panasnya  matahari di bumi ataukah panasnya Neraka di akhirat nanti? Tentu engkau  bisa menimbangnya sendiri…
8. “Jilbab itu pilihan. Siapa yang  mau pakai jilbab silakan, yang belum mau juga gak apa-apa. Yang penting  akhlaknya saja benar.”
Duhai saudariku… Sepertinya engkau belum  tahu apa yang dimaksud dengan akhlak mulia itu. Engkau menafikan jilbab  dari cakupan akhlak mulia, padahal sudah jelas bahwa jilbab adalah  salah satu bentuk perwujudan akhlak mulia. Jika tidak, maka Allah tidak  akan memerintahkan kita untuk berjilbab, karena dia tidak termasuk ke  dalam akhlak mulia.
Pikirkanlah olehmu baik-baik, adakah Allah  memerintahkan hamba-Nya untuk berakhlak buruk? Atau adakah Allah  mengadakan suatu ketentuan yang tidak termasuk dalam kebaikan dan  mengandung manfaat yang sangat besar? Jika engkau menjawab tidak ada,  maka dengan demikian engkau telah membantah pendapatmu sendiri dan  engkau telah setuju bahwa jilbab termasuk ke dalam sekian banyak akhlak  mulia yang harus kita koleksi satu persatu. Bukankahdemikian?
Ketahuilah olehmu, keputusanmu untuk tidak mengenakan jilbab akan membuat Rabb-mu menjadi cemburu, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda yang artinya,“Sesungguhnya Allah itu cemburu dan seorang Mukmin juga cemburu. Adapun  cemburunya Allah disebabkan oleh seorang hamba yang mengerjakan perkara  yang diharamkanboleh-Nya. ” [Hadits shahih. Riwayat Bukhari (no. 4925)  dan Muslim (no. 2761)]
9. “Sepertinya Allah belum memberiku hidayah untuk segera berjilbab.”
Saudariku… Hidayah Allah tidak akan datang begitu saja, tanpa engkau  melakukan apa-apa. Engkau harus menjalankan sunnatullah, yakni dengan  mencari sebab-sebab datangnya hidayah tersebut.
Ketahuilah bahwa  hidayah itu terbagi menjadi dua, yaitu hidayatul bayan dan hidayatut  taufiq . Hidayatul bayan adalah bimbingan atau petunjuk kepada  kebenaran, dan di dalamnya terdapat campur tangan manusia. Adapun  hidayatut taufiq adalah sepenuhnya hak Allah. Dia merupakan peneguhan,  penjagaan, dan pertolongan yang diberikan Allah kepada hati seseorang  agar tetap dalam kebenaran. Dan hidayah ini akan datang setelah  hidayatul bayan dilakukan.
Janganlah engkau jual kebahagiaanmu  yang abadi dalam Surga kelak dengan dunia yang fana ini. Buanglah  jauh-jauh perasaan was-wasmu itu. Tempuhlah usaha itu dengan berjilbab,  sementara hatimu terus berdo’a kepada-Nya, “Allahummahdini wa  saddidni. Allahumma tsabit qolbi ‘ala dinik (Yaa Allah, berilah aku  petunjuk dan luruskanlah diriku. Yaa Allah, tetapkanlah hatiku di atas  agama-Mu).”
 
 
 
        
    
 
  
 
 
 
 
 
0 komentar:
Posting Komentar