Seorang laki-laki sholeh tidak akan membiarkan di dalam rumahnya tumbuh perilaku-perilaku buruk yang bisa mengundang murka Allah Swt.
Seorang laki-laki sholeh tidak mungkin akan berbuat dzalim kepada saudara semuslim, apalagi kepada orang tua, mertua, istri dan anak-anaknya. Tidak semua suami bisa memenuhi kewajibannya terhadap keluaraga secara layak, tetapi bagi seorang laki-laki sholeh, dia akan berusaha sekuat kemampuannya.
Dia baru akan berhenti berusaha jika sudah tidak ada lagi jalan yang bisa ditempuh. Jika usaha maksimal telah ditempuh, tetapi hasilnya tidak memadai, dengan lapang dada dia akan meminta maaf atas kekurangan dirinya.
Singkatnya, tindakan MENYENGAJA agar keluarganya hidup menderita, hal itu, mustahil akan dilakukan seorang laki-laki sholeh, bahkan terlintas dalam pikirannyapun tidak.
Seorang laki-laki sholeh akan menghargai pendapat atau pandangan istrinya dan keluarga besarnya, meskipun tidak otomatis akan selalu menurutinya.
Seorang laki-laki sholeh bersikap lapang dada dan memaafkan kekurangan istri dan anak-anak beserta keluarga besarnya.
Seorang laki-laki sholeh tidak akan membuka aib-aib keluarganya di depan umum. Membuka aib keluarga sama dengan membuka aib diri sendiri.
Seorang laki-laki sholeh tidak akan mengkhianati kepercayaan keluarganya.
Didepan keluarganya ia bermoral, dan ketika jauh dari keluarganyapun, dia tetap bermoral. Seorang laki-laki sholeh tidak takut kepada istri atau anak-anaknya serta keluarga besarnya, tetapi takut kepada Allah yang selalu mengawasinya. Berbeda dengan banyak laki-laki yang manis di depan istri dan mertuanya, tetapi blingsatan ketika jauh dengan istri.
Dan yang paling utama, seorang laki-laki sholeh siap bertanggungjawab menghadapi tuntutan Allah di akhirat ketika ditanya tentang anak-anak dan istrinya.
Rasulullah bersabda:
“ Sesempurna-sempurna keimanan seorang mukmin, ialah yang paling baik akhlaknya. Dan sebaik-baik kalian ialah yang paling baik kepada wanita-wanitanya “. ( HR. At-Tirmidzi )
“ Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya (istri dan anak-anaknya ), sedang aku adalah yang paling baik kepada keluargaku “.
( HR. Ath-Tharbawi dan Al-Hakim )
Jadi hanya dengan pernikahan yang penuh barokah, seorang wanita akan mendapatkan kebahagiaan hidup, sedangkan hal itu akan terlaksana jika dia menikah dengan seorang ROJULUN SHOLEH.
SIAPAKAN ROJULUN SHOLEH???
Kita sudah sering mendengar laki-laki sholeh, kini saatnya kita memahami profil kayak apa sih dia?
Yup, seseorang yang sering dibicarakan, jangan dibiarkan melayang sekedar menjadi sebuah obrolan, tetapi alangkah baiknya jika kita bisa menyelami maknanya lebih dalam.
Konon katanya orang-orang sholeh bukanlah makhluk abstrak yang sulit dikenali bentuknya. Mereka adalah manusia biasa juga, tetapi memiliki kelebihan tertentu dibandingkan manusia-manusia lainnya. Kelebihan mereka adalah dari segi keyakinan, kepedulian, mentalitas serta amal perbuatan. Dalam diri mereka terkumpul kebaikan-kebaikan itu, bukan salah satunya saja. Bahkan kita bisa mengenali mereka dari sikap dan perilaku hidupnya sehari-hari.
Lihatlah mereka dengan HATI, maka kita akan menemukan tanda-tanda kebaikan mereka.
Lelaki sholeh dijelaskan dalam Al-Qur'an adalah sebagai berikut:
"Dan diantara ahli kitab ada sekelompok orang yang berlaku lurus. Mereka membaca ayat-ayat Allah di malam hari, sedang mereka bersujud (maksudnya, mengerjakan sholat malam sambil membaca kitabullah). Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka mengajak pada kebaikan dan mencegah dari perbuatan mungkar, dan mereka bersegera mengerjakan kebaikan-kebaikan. Mereka itulah orang-orang yang sholeh". (Ali Imron 133-134).
Secara nyata, kesholehan ini bisa terlihat dari tanda-tandanya yaitu:
1. Seseorang secara tekun dan sabar menunaikan kewajiban pokok, seperti sholat 5 waktu, zakat dan puasa Ramadhan. Kemudian dia menjalankan ibadah tambahan, baik berupa sholat sunnah, puasa sunnah serta bershodaqoh dijalan kebaikan.
2. Seseorang yang menjauhi perbuatan dosa besar, misal membunuh, berzina, sihir, memakan harta riba, menganiaya anak yatim, durhaka kepada orang tua, kedukun, sumpah palsu dll.
3. Seseorang yang peduli dengan keadaan sekelilingnya. Ketika disekitarnya banyak orang yang meninggalkan kewajiban, dia mengajak mereka mengerjakan kewajiban itu. Begitu pula ketika disekelilingnya banyak orang melakukan perbuatan dosa, dia mencegah agar perbuatan itu dijauhi atau dihentikan. Jika dia memiliki ilmu, dia memberi nasehat dengan perkataan atau melalui tulisan. Singkatnya, hatinya tidak tentram ketika melihat perintah Allah diabaikan dan larangan Allah dikerjakan.
4. Seorang yang senantiasa bersemangat untuk menambah kebaikan, baik ilmu, keimanan dan amalan. Dia tidak merasa puas dengan kebaikan yang sudah diperoleh dan tidak merasa jenuh untuk berbuat yang lebih baik. Setiap kita bertemu dengannya, dia selalu lebih baik dari sebelumnya.
5. Seorang yang mendedikasikan dirinya sungguh-sungguh untuk menjalankan sholat tahajjud di akhir malam. Dalam sholat itu dia bacakan ayat-ayat yang mampu dia hafal dari Al Qur'an. Jika memungkinkan, hafalannya selalu bertambah dari waktu ke waktu. Namun tidak berarti apa yang semula dihafalnya, lalu hilang.
Wallaahu A'lam bishowab.
0 komentar:
Posting Komentar