CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 12 Oktober 2011

Renungan Menuju Ridho Ilahi

Tidak seorang manusiapun di dunia ini yang dapat membantah ketika ada seseorang yang mengatakan bahwa segala yang ada di dunia ini mengandung godaan, dan Salah satu bentuk godaan terbesar bagi Bani Adam adalah fitnah syahwat. Kebanyakan pemuda islam hancur karena adanya fitnah syahwat. Banyak sekali umat islam yang terjerumus dalam fitnah syahwat. Banyak sekali umat yang begitu perkasa, namun ternyata begitu rapuh saat harus menghadapi yang namanya syahwat.

Bahkan Rasulullah saw saja mengatakan bahwa perang Badar yang merupakan salah satu perang akbar dalam sejarah islam merupakan sebuah jihad yang kecil. Dan beliau mengatakan bahwa mereka akan menghadapi perang yang lebih besar lagi. Sahabatpun kaget mendengar perkataan Rasulullah saw dan bertanya, “Perang apalagi yang lebih besar dari perang Badar ya Rasulullah?”. Rasulullah saw menjawab, “Perang (Jihad) melawan hawa nafsu”.

Tidaklah Allah swt menurunkan suatu penyakit, melainkan IA juga menurunkan penawarnya, atau pencegahnya. Dan tidaklah Allah swt menurunkan suatu ujian, melainkan IA juga menurunkan jalan keluarnya. Dan Allah hanya menurunkan dua buah jalan keluar dalam perjuangan melawan hawa nafsu ini, yang pertama adalah menikah. Dan yang kedua adalah puasa, bagi yang belum mampu untuk menikah.

“Menikah”, sebuah kata sederhana namun sarat dengan makna dan tanggung jawab. Menikah adalah impian bagi seluruh Bani Adam yang normal. Menikah adalah media penangkal hawa nafsu yang tak pandang bulu. Menikah adalah ikatan sakral yang menjadi anjuran Rasulullah saw dan Allah swt. Menikah adalah penawar bagi racun fitnah. Menikah adalah sepiring nasi lengkap dengan sayur, lauk, dan pencuci mulut bagi syahwat yang lapar. Menikah adalah segelas jus favorit bagi syahwat yang tengah dahaga. Menikah adalah rambu-rambu bagi syahwat yang melanglang buana.

Menikah adalah satu diantara dua buah jalan keluar terbaik yang diberikan oleh Allah swt bagi umat-Nya. Banyak sekalli keutamaan yang akan diperoleh dari menikah. Seseorang yang telah menikah akan terhindar dari fitnah syahwat. Menikah akan memberikan ketentraman. Menikah akan membukakan pintu rizki.

Memang, Islam melalui Al quran dan Sabda Rasulullah saw sangat menganjurkan umatnya untuk menyegerakan menikah. Bukan berarti islam mengajarkan untuk tergesa-gesa dalam menikah. Anjuran untuk menyegerakan menikah ini tentunya diperuntukkann bagi mereka yang memang sudah mampu, bukan sekedar merasa “kepingin” saja. Sudah mampu di sini maksudnya adalah mampu untuk memberikan nafkah baik lahir maupun bathin, dan memiliki ilmu agama (yang di dalamnya terdapat tuntunan menikah dan membina keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrohmah). Meskipun demikian, adanya tingkat kemampuan/kesiapan seseorang untuk menikah juga tidak datang dengan sendirinya dan tiba-tiba. Kesiapan tidak akan hadir jika kita sendiri tidak mempersiapkannya. Inilah yang oleh kebanyakan orang sering dilupakan. Banyak sekali orang yang menunda atau mengakhirkan untuk menikah dengan alasan belum siap (belum mampu). Sedangkan dalam menjalani kehidupan, ia sama sekali tidak menggoreskan dengan jelas misi menikah itu dalam buku panduan hidupnya. Ia hanya berprinsip, “Biarkan saja mengalir seperti air”. Kalau demikian, bagaimana akan ada perkembangan? Kita harus mampu untuk bergerak lebih dari sekedar air yang mengalir. Tempatkan kata “Menikah” di halaman pertama buku panduan hidup anda. Karena menikah adalah solusi terbaik dari godaan terbesar yang kapanpun dan dimanapun dapat menerkam kita, yaitu syahwat.

Ada rasa sedikit takut ketika memutuskan untuk menikah, apalagi diusia yang masih muda, itu adalah yang wajar. Dengan catatan, itu hanya rasa takut kecil yang tidak akan menjauhkan kita dari mengutamakan menikah. Kita tidak perlu khawatir atau takut akan miskin, karena Allah akan memberi kemampuan kepada kita. Allah akan membukakan pintu rizki-Nya untuk kita. Selagi kita tidak berhenti untuk berdoa dan berusaha, insya Allah, Allah akan membantu.

0 komentar:

Posting Komentar