Hey, objek kesukaanku.
Hati sedang liar pertengahan hari ini. Aku si pemiliknya tak bisa
apa-apa selain membantu mengutarakannya. Bolehkan kau ikut andil bagian
dalam membaca dan mendengarkan?
Aku sedang iri. Iri dengan orang-orang di sekelilingmu yang bisa
leluasa menikmati sosok nomor satu yang memenuhi pelosok hatiku. Iri
dengan mereka yang ketika membuka mata langsung melihat kau ada. Iri
dengan mereka yang bahagianya tersponsori karena kau tertawa. Iri dengan
mereka yang tanpa malu-malu menyapamu dengan merangkul bahu, bermanja
padamu, dan bercerita segalanya. Rasanya aku ingin berada di posisi itu.
Aku iri. Salahkah perasaan ini?
Kubentak hati agar tak seperti ini, tapi lagi-lagi butir-butir
perasaan itu lahir dengan sendiri. Bukannya iri itu berhenti, malah
menjalar menjadi rasa rindu yang kuat sekali.
Ya, aku rindu. Kemanapun kakiku menuju, namamu tak pernah lupa
memutari seisi pikiranku. Temu, temu, temu. Katanya itu kunci rindu.
Tapi kadang, aku benci saat kamu ada dalam temu. Karena temu itu hanya
sesaat dan waktu akan mengajakmu pergi beranjak lewat. Aku benci dengan
situasi ini. Aku benci karena waktu tak bisa berhenti. Aku terlalu takut
waktumu banyak terebut dan kamu akan tertutup perubahan-perubahan yang
menjelma seperti kabut.
Sebenarnya ada beberapa pinta sederhana yang ingin ku utarakan, tapi
enggan kulakukan. Pertama, aku tak punya kapasitas untuk meminta karena
kita tak berstatus apa-apa. Kedua, memangnya kamu mau mengabulkannya
atau nanti kamu akan menertawakannya? Lagi pula aku bisa berharap apa
lagi? Setiap aku berekspektasi, kamu sendiri yang menghempaskan aku
untuk segera tahu diri. Kadang aku coba berpura menutup mata
menghipnotis diri bahwa kau tak ada, karena ketika kamu kembali aku tahu
nanti kamu akan pergi lagi. Hatiku seperti permainan disaat kamu merasa
kesepian. Lalu, semudah itu perasaan di hidup-matikan.
Aku ingin terus bersama, tapi atas dasar apa? Bagaimana bisa, jika
hanya aku yang terus memperjuangkan kita, jika hanya aku yang
membayangkan segalanya, jika hanya aku yang memelihara cinta. Bagaimana
aku bisa pelihara cinta, jika ia tak pernah tumbuh ditengah-tengah kita?
Aku tak ingin menyalahkan sesiapa, mungkin cinta memang bukan milik
kita. Tapi kuharap Tuhan ingin meralat rencana untuk menyatukan kita
dengan pasangan lainnya. Karena hanya bersamamulah kurasakan keunikan
satu rasa bernama cinta yang mengandung sejuta rasa lainnya. Karena
hanya bersamamulah semuanya kujalani tanpa beban, meski hati sudah
luka-luka diperban. Jika nanti ada satu tanya keluar dari mulutmu
tentang mengapa bisa semudah itu melakukan segalanya untukmu, jawabanku
hanya satu. Karena tak semudah itu jika bukan kamu objeknya.
Sebanyak apapun aku berkata-kata, sebanyak itulah terhimpit rasa yang
tak bisa keluar sampai kau dengar. Jika detik ini, kamu hanya bisa
membaca. Detik berikutnya rasakan saja. Karena detik lusa, semoga kita
bisa menikmatinya bersama sambil menikmati senja di beranda. Ya?
Selamat berpejam, kudekap kamu dalam diam. Selamat setengah pagi setengah malam.
From:http://lovepathie.tumblr.com/post/32071135239/isi-hati-pada-pergantian-hari
Selasa, 13 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar