Sampai di suatu masa yang tak pernah kita duga, perpisahan harus mengambil alih kebersamaan yang selama ini telah benar-benar kita pelihara. Bukankah seharusnya cinta itu yang adalah di antara kita? Tanpa perlu ada campur tangan pihak ketiga, tidak perlu mendengar dengan lebih jeli mengenai apa pendapat mereka? Seharusnya hanya kita. Ya, kita saja.
Serupa sehelai daun yang dipetik secara paksa—terpisah dari tangkainya, seperti aku, ditarik dengan tergesa-gesa—dari kamu, karena mereka tak restui kita. Bagaimana bisa mereka mengharuskan kita untuk tidak lagi bersama, dengan sesuka hati? Tak sedikitpun-kah mereka menyadari bahwa kita sudah teramat saling memiliki?
Pada akhirnya, mereka yang paling aku hormati adalah yang kemudian perlahan-lahan seperti menyakiti. Pada akhirnya kita yang selama ini aku jaga hanyalah sampai sejauh ini. Barangkali bahagia bukan untuk kita rasakan bersama. Barangkali ada yang jauh lebih baik untukmu di luar sana. Untuk kita. Meski sesungguhnya aku sudah merasa cukup dengan segala yang ada.
Sampai berjumpa lagi, kamu. Teruntuk dia yang akan kamu istimewakan, katakan padanya bahwa aku selalu berbahagia untuk kalian. Meski terasa berat, namun perpisahan tetap harus kuterima. Ia adalah salah satu dari rencana dari Sang Maha.
Terkadang, Tuhan mengambil bukan karena Ia ingin supaya kita kehilangan. Namun karena yang lebih baik lagi sudah Ia sediakan.
http://estipilami.tumblr.com/post/35704901417/tanpa-restu
0 komentar:
Posting Komentar