Ini kali pertama; hati terjatuh dan padamu, ia langsung patuh. Ini kali pertama; ada rasa yang biasa menjadi tak biasa, ada keinginan menjadi satu-satunya yang kamu inginkan.
Sudah sejauh mana jatuhku di dalam hatimu? Sudah sedekat apa kamu dengan pintu hatiku?
Meski pada akhirnya tak dihiraukan, hati sudah terlambat untuk berpikir dua kali. Aku sudah telanjur menjatuhkan hati. Tak akan kusesali, tak ingin kuratapi.
Tangan-tangan yang mengetuk sama sekali tak ingin kudengar. Aku bahkan tak menoleh. Sebab, pandangan yang mengarah kepada kamu tidak bisa diganggu gugat. Rayuan-rayuan berpotensi untuk menerbangkan tak kupedulikan, sebab sudah kutemukan pengisi sela-sela jemari impian.
Aku lelah menjadi yang melambaikan tangan di ujung jalan, namun tak kunjung kamu membalasnya—menoleh pun tidak. Asal kamu tahu, aku ragu. Dan asal kamu tahu, pergi darimu juga aku tak mampu. Harus bagaimana agar kuyakin kita sedang saling menuju? Adakah yang lain telah singgah di hatimu? Adakah aku telah sia-sia menjadikanmu satu?
Mungkinkah rasa yang dulu pernah ada, kini pudar tak bersisa? Hilangkah namaku dari sisi paling istimewa di hatimu? Kamu yang seharusnya berubah, atau aku yang harus semakin perhatian? Tidak akan usai jika salah satu tak ada yang angkat bicara. Tidak bisa saling mengetahui bila mulut dibiarkan terkunci. Ada yang kuingin untuk kausampaikan. Ada yang ingin telingaku dengar. Tak peduli akan sesulit apa menerimanya.
Pada akhirnya, harus aku yang melangkah paling mula. Sebab masih tetap kamu tujuannya,kuharap kamu tak menutup lembaran peta ke sana. Tidak baik memang, mempertanyakan hal yang masih takut kutahu jawabnya. Namun tak baik juga terus menerka-nerka apa isi hatimu di seberang sana. Jika salah duga, mana bisa aku memperbaikinya?
Meski aku dan kamu masih berjalan dalam tanda tanya, bolehkah aku terus mengharapkan hadirnya sebuah kita?
Jadilah semua jawaban, titik akhir yang sejak lama kuimpikan. Lalu biarkan aku tetap berjalan pada jalur yang kuinginkan. Perkara akhir cerita biar semesta yang menentukan. Semoga akan ada kesempatan untukmu menyadari, bahwa aku satu-satunya yang selalu ada. Semoga akan ada kesempatan untukmu memahami, bahwa aku selama ini telah menjaga hati. Semoga bahagia memang diperuntukkan bagi kita.
0 komentar:
Posting Komentar