Kamulah hadiah dari
semesta. Memiliki sebagian dari aku yang orang lain tak pernah punya.
Aku sendok bagi piringmu. Aku korek api bagi rokokmu. Kita dipertemukan
untuk saling melengkapi. Sebab itu, tidak ada kamu di sisi sungguh
kurasa kosong yang ganjil menyelimuti. Barangkali, pertemuan kita adalah
contoh kecil dari doa-doa baik yang belum terucap, namun telah
dikabulkan Tuhan.
‘Sahabat tak perlu dituntut untuk selalu
ada di setiap senang dan susah. Karena sejatinya, jika kita menganggap
seseorang itu adalah sahabat kita, tanpa berpikir dua kali pun kita akan
berbagi senang dan susah bersamanya—meskipun itu
hanya sebatas pembicaraan lewat telepon. Sahabat juga orang yang sudah
pasti mengerti kita. Jika kita tidak menceritakan sesuatu kepadanya, ia
akan mengerti bahwa itu dilakukan dengan alasan yang kuat. Jadi, tak
mungkin ada sakit hati jika ada salah satu diantara mereka yang datang
hanya di saat kesusahan. Sahabat selalu mengerti, tidak kenal menuntut
apalagi memaksakan.’
Siapa sangka, dari persahabatan yang kita
bangun setitik demi setitik, kini mencipta rasa yang akupun bingung
menyebutnya apa. Kamu keluarga tanpa ada aliran darah yang sama. Kamu
penyemangat paling utama dari patah hati karena cinta. Kamu pendengar
suara hati terkecil, siapa yang pertama kali kucari keberadaannya ketika
curahan hati memanggil.
Jarak memang penghalang, namun bukan berarti
ikatan kita terhalang. Kita selalu tahu cara mengisi jeda pertemuan,
dengan saling berbagi kabar dan pesan, misalnya. Tak soal siapa yang
selalu ada ketika sulit, sebab yang terpenting ialah ada ikatan antara
batin yang terus membelit.
Ada saat-saat kamu terlalu jauh dijangkau
nada dering telepon, namun segala doa masih tentang bahagiamu,
bahagiaku. Menjauh darimu rasanya seperti menolak hadiah Tuhan, tak
mungkin aku lakukan.
Semoga kita dijagaNya selalu, agar
terus bersama. Sebab kuingin ada kamu di sisi ketika semesta sedang tak
memihakku, dan pundakmu adalah satu-satunya tempat yang kutuju. Sebab
kuingin ada kamu menemani ketika akhirnya aku menemukan cinta sejati,
dan tersenyum melepasku menjadi pengantin. Sebab kuingin masih
menggenggam tanganmu sambil bercerita banyak hal di beranda rumah,
ketika kita tua nanti.
Terima kasih untuk setiap detik berbagi, senyum penguat hati, kata-kata pengusir getir. Sahabatku, tetaplah kita terus begini.
*ditulis untuk LHYAAA semoga sesuai dengan isi hati. :)
gambar diambil dari http://1000drawings.tumblr.com/
http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/tagged/TulisanPesanan/page/2
0 komentar:
Posting Komentar