“..ku tak punya cara menghindarimu
ku tak bisa menolak kehadiranmu
andai bisa ku berhenti inginkanmu
ku tak mampu menolak kamu..”
ku tak bisa menolak kehadiranmu
andai bisa ku berhenti inginkanmu
ku tak mampu menolak kamu..”
Bagaimana kita mengetahui bahwa dialah orang yang tepat, jika bukan kita sendiri yang mencari tahu?
Kebetulan ada aku di tempat itu. Kebetulan
juga ada kamu. Kebetulan kita saling dikenalkan. Lalu, kebetulan hatiku
menjatuhimu. Namun, setelah kupikirkan lagi, bisa saja tidak ada yang
kebetulan di dunia ini. Kebetulan mungkin hanya rencana Tuhan yang tidak
kita tahu alasan dibaliknya dan tujuan setelahnya. Apakah pertemuan
kita juga termasuk rencana Tuhan?
Hari-hari berlalu. Detik demi detik. Detak
demi detak. Rasa demi rasa. Namun tetap padamu hati ini berulangkali
terjatuh, tak peduli banyak sosok datang dan pergi melewati pintu hati
yang sudah nyaris runtuh. Kamu begitu fasih memutarbalikkan duniamu,
menjadikannya duniaku. Kamu begitu fasih mengangkat tinggi harapanku,
namun tetiba menjatuhkannya di hadapanku. Kamu begitu fasih menjadi
alasan senyumanku di pagi buta, namun juga jadi penyebab lembar-lembar
luka. Andai akal dan rasa dapat bekerja sama, mestinya aku tak perlu
tersiksa. Bingung harus memilih jalur yang mana. Tetap betah dinaungi
pesonamu, atau ambil kesempatan untuk menjauh?
Padahal nyaris semua yang kucari ada padamu.
Kamu adalah sembilan, ketika aku mencari sepuluh. Kamu adalah empat
sehat, ketika aku ingin lima sempurna. Kamu adalah empat indera, ketika
aku butuh lima indera. Kamu adalah sebenar-benarnya nyata yang
kuimpikan, namun hati masih ragu memutuskan.
Mencari itu melelahkan. Maka ketika sudah dipertemukan, aku berjanji tak akan menyia-nyiakan.
Sejujurnya, aku sudah lelah bermain-main dalam mencintai. Sudah bukan saatnya lagi aku harus sibuk berganti-ganti kesana kemari. Jika bisa menetap pada satu hati dan terus bertahan, mengapa tidak?
Aku bukan singgah, aku ingin terus tinggal.
Aku bukan mampir, aku ingin terus menerus hadir. Aku telah menjadikanmu
sebagai titik terakhir, maka jadikan aku awal dari segala sempurnanya
takdir.
Padamu hatiku terjatuh. Dan semoga tetap padamu aku berlabuh.
Kepadamu hatiku terlanjur patuh. Dan semoga hanya di hatiku kamu sudi membangun rumah tempatmu berteduh.
Semoga semesta mengamini dan Tuhan mengizinkan.
Mungkin Tuhan terlalu sayang. Dia
mempertemukan kita dengan yang ‘salah’ terlebih dahulu, agar kita lebih
banyak bersyukur saat bertemu dengan yang ‘benar’ sehingga tak akan kita
lepaskan begitu saja.
Mungkin Tuhan terlalu sayang. Dia
mempertemukan kita dengan yang ‘menyakiti’ terlebih dahulu agar kita
menghargai betapa sulitnya menemukan yang tepat untuk ‘menyembuhkan’.
Bandung, 11082012 17:09
*untuk seorang sahabat, Sisca. semoga
tulisan ini tepat menggambarkan keinginan dan doa-doamu. semoga semua
yang Tuhan berikan bagi kita untuk dilewati adalah memang jalanNya yang
terbaik. yang nantinya mendatangkan kebahagiaan demi kebahagiaan dan
menjauhkan dari segala sakit dan perihnya dilukai. amiin. :’D
http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/post/29188020214/tulisanpesanansika
http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/post/29188020214/tulisanpesanansika
0 komentar:
Posting Komentar