“Time heals almost everything. Give time time.” –Unknown.
Yang mengawali sebuah awal adalah sesuatu
yang lebih dulu terjadi harus berakhir. Setidaknya pikiran itu yang
menguatkanku setelah kita berpisah. Bahwa pasti ada seseorang yang akan
membawa lebih banyak bahagia untukku, walaupun dengan syarat yang cukup
berat. Harus merelakanmu pergi terlebih dahulu.
Tak pernah ada selain kamu saat dulu kita
bersama, karena itulah melepasmu begitu berat untukku. Aku membiasakan
nafasku menghirup udara yang sama dengan yang kamu hirup. Aku
membiasakan mataku melihat pemandangan yang sama dengan yang kamu lihat.
Aku membiasakan telingaku mendengar apa yang juga kamu dengar. Aku
membiasakan kulit kita saling menyentuh. Aku membiarkan panca indera
kita membangun ikatan yang terus menerus merekat, enggan membuat sedikit
saja sekat.
Sungguh, tidak ada yang salah dengan semua
itu. Yang salah adalah pikiran bahwa aku kira semua itu akan berlangsung
selamanya. Kita adalah selamanya. Dulu kukira kamus Bahasa Indonesia
mendefinisikannya persis seperti itu. Ternyata definisinya berubah saat
takdir kita mulai saling bertolakbelakang. Kutub magnet kita mulai
hilang daya tarik menariknya. Memisah ‘kita’ menjadi aku dan kamu.
“Aku mau tidur, tapi jangan dimatiin ya telponnya. Biar sampe mati sendiri aja.”
Kamu ingat?
“Aku telepon cuma pengen denger suara kamu aja kok, cerita dong apa kek gitu. Aku kangen dengernya.”
Kamu ingat?
“Kamu sih bandel, udah kukasih tau jangan ujan-ujanan. Jadi pilek kan sekarang. Ayo cepetan minum obat!”
Kamu ingat?
“Kalau tiba-tiba teleponnya mati, artinya pulsaku habis ya.”
Kamu ingat?
“Kalau udah nyampe nanti telpon aku, ya. Hati-hati di jalan.”
Kamu ingat?
“muach!” - “muach!” - “muach! - “muach!” – “Emmm… Kamu emangnya beneran udah ngantuk?”(lalu tidak jadi menutup telepon)
Kamu ingat?
“Biarkan aku menghafal bekas langkahmu, jejak dari apa yang mungkin kusebut sebagai penyebab rindu.”
Jujur saja, hal pertama yang membuatku takut
adalah kenangan kita. Karena kenangan itu tercipta seringkali tanpa
disengaja. Dan saat kita membuatnya, mungkin kita tidak menyadari bahwa
kenangan itu akan berbalik menyerang kita nantinya.
Banyak hal yang menyadarkanku bahwa sebagian
besar kenangan menyerang balik dengan efek kebalikannya. Semisal
kenangan-kenangan indah, tentu banyak mempersiapkan air mata untuk kita
saat nanti tak lagi merasakannya. Begitupula kenangan-kenangan buruk,
bisa saja membuat kita justru bersyukur telah melepaskan masa lalu.
Akupun sebetulnya tidak percaya perkataan
orang yang menyebutkan bahwa aku harus segera melupakan kamu setelah
kita berpisah. Aku rasa bukan melupakan yang menjadi jalan keluar, tapi
mengikhlaskan. Jika melupakan harus menjadi jalan keluar, tentu semua
orang di dunia sudah berkali-kali membuat dirinya sendiri amnesia. Agar
semua kenangan tak perlu repot-repot teringat. Agar semua cemburu tak
perlu curi-curi waktu saat melihat posisiku sudah ada yang menggantikan.
“Aku sayang kamu selamanya. Jangan tinggalin aku ya..”
Kalimat itu berarti segalanya untukku. Dulu. Tapi kini, setelah ribuan hari terlewat, masing-masing
dari kita nyatanya bisa tetap terlihat kuat. Kuat menahan cinta yang
sesekali masih rajin bertandang. Lalu rindu, sesuatu yang mungkin tak
bisa ditahan, tapi harus pandai kututupi rapat-rapat.
***
Terima kasih, untuk setiap hari manis yang sudah kamu tulis sedemikian rupa dalam buku cerita hidup milikku.
Terima kasih, untuk setiap nyeri memar yang sudah kamu jadikan bumbu pelengkap di dalamnya beberapa waktu.
Terima kasih, untuk setiap masalah yang kita buat dan selesaikan bersama-sama.
Terima kasih, untuk setiap pelajaran berharga, bahwa kita hanya harus mencintai dengan ‘cukup’, dan bukan ‘berlebihan’.
Aku sungguh bersyukur pernah memilikimu,
menjadi payung pemberi teduhmu, menjadi jalan keluar untuk resahmu,
menjadi hangat di setiap dinginmu, menjadi harap saat cemasmu, menjadi
tawa setelah tangismu, menjadi sebagian dari hatimu.
Ikhlaskan kita yang dulu pernah ada. Semoga apa
yang telah kita lalui bersama bisa membuat kita lebih pandai mencintai
seseorang yang berikutnya. Semoga aku dan kamu nantinya memperoleh lebih
banyak bahagia. Amiin..
*untuk seorang teman, Dwi Ariani. semoga
tulisan saya cukup sesuai dengan kisah kamu. saya belum mendengarnya
secara rinci, tapi saya harap tulisan ini tidak mengecewakan. semoga
kisah kamu yang baru akan membuat bahagia tidak berpindah dari sisi
kamu. Amiin :D ohya, ibarat sedang mengendarai mobil, jangan
sering-sering menoleh ke kaca spion, yaa. :p
ada sebagian percakapan yang terinspirasi oleh linikala milik @hurufkecil. terima kasih banyak, Kak Tomat. :D
http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/post/27290865035/tulisanpesanandwi
0 komentar:
Posting Komentar