Barangkali, yang kamu butuhkan hanyalah
merasa—merasa bahwa aku nyata, merasa bahwa cintaku selalu ada. Sebab
percuma bibirmu bilang cinta, sedangkan hatimu mudah berpindah
sesukanya. Tidakkah kamu merasa kehilangan aku? Tidakkah kamu merasa
letihnya aku berusaha hentikan sepi selepas hati kehilanganmu?
Kamu salah besar jika menganggapku sekadar
tujuan singgah. Sebab nyatanya tak pernah sudi langkah pergimu kuberi
celah. Mungkinkah ruang hatimu terlalu sempit tersisa bagi cintaku yang
terlampau besar? Ataukah salahku yang mencintamu dengan berlebihan?
Katamu, yang kita punya adalah cinta. Namun
setelah lepas ikatan ini, begitu mudah kamu menemu hati yang
selanjutnya. Jika benar ini yang diberi nama cinta, aku lebih baik tak
pernah merasakannya. Lebih baik sendiri saja, jika cinta hanyalah
sebatas kata, tak pernah benar-benar kamu rasa dalam dada. Lebih baik
sendiri saja, jika cinta hanya bersifat sementara, dan kehilangan terasa
seperti selamanya.
Sebuah genggam sengaja kamu lepas ketika
cinta sudah tak bisa terlepas. Bagaimana ini bisa dikatakan impas? Lain
kali, ingatkan aku agar tak membalas sebuah genggam terlalu erat. Sebab,
bekas-bekas jemarimu itu seruncing sepi, menyayat jemari, menjalar
nyeri hingga ke ulu hati. Kamu biarkan aku membasuh luka, dari
derai-derai air mata.
Pergilah dan berbahagialah. Jangan percuma meninggalkan aku, jika pada akhirnya yang datang padamu hanyalah sesal.
Pergilah dan berbahagialah. Meski melupakanmu bukan perkara mudah, semoga cinta ini segera menemu kata sudah.
Pergilah dan berbahagialah. Sebab kamu pernah jadi yang terindah, dan dalam ingatan, aku tak ingin hal itu berubah.
*ditulis untuk gadis-kecil @assrism. semoga sesuai suasana hati :)
gambar diambil dari google.
http://abcdefghindrijklmn.tumblr.com/tagged/TulisanPesanan/page/2
0 komentar:
Posting Komentar