Betapa Tuhan begitu murah hati, tak jarang memberi lebih dari yang kita kehendaki. Namun terkadang kita terlanjur lupa, bahwa sesuatu yang berlebih tak pernah membawa kebaikan—pada akhirnya.
Begitulah aku, kamu, dan ia dipersatukan dalam masa lalu. Perkara aku yang masih merasa kurang, meski kamu tak pernah beranjak dariku hingga sekarang. Perkara ia yang menarikku datang, meski kemudian ia pergi dan aku dibuang. Perkara kamu yang mengajarkan aku, bahwa percuma mencari yang lebih baik dengan meninggalkan yang terbaik.
Barangkali memang begini kenyataannya. Kita selalu merasa kekurangan, padahal dengan menambah segalanya pun, belum tentu mendatangkan nyaman—yang ada malah menyakiti perasaan. Memaafkanku itu ada pada keputusanmu. Dan kelak, mohon ajarkan aku melakukannya, jika kamu mampu. Aku terlalu malu menganggap diriku masih pantas memilikimu, sebab akulah yang menyambutnya masuk di antara kita, waktu itu.
Barangkali memang begini seharusnya. Cinta tak akan bermakna sama, jika kita pernah diberi kesempatan dan pilihan untuk menghancurkannya. Sesalku bukan sebab aku gagal menemu yang lebih baik darimu. Sesalku ada, sebab aku terlalu bodoh menganggap langkah menjauhi kita akan membawaku pada titik cinta lebih sempurna. Padahal akhirnya, hanya mengantarku pulang padamu juga—muara segala rasa, rumah terbaik yang pernah kupunya.
Jika dengan mencintaimu lebih akan membayar lunas semua kecewa, izinkan aku memberimu cinta tanpa mengenal angka. Salahkan aku dengan apa saja, tapi jangan salahkan aku yang masih ingin memilikimu sepenuhnya. Terimalah aku apa adanya. Meskipun aku tak mungkin berjanji kelak tak akan membuatmu terluka lagi, aku menjanjikan cinta yang lebih dari ini. Semoga kamu mengerti.
“Cari pengalaman yang banyak, dan kamu akan tahu siapa yang terbaik.” – chennyersya
*ditulis untuk chennyersya. maaf menunggu lama. semoga sesuai dengan ceritamu. :’)
gambar diambil dari http://ayuliyana.tumblr.com/
0 komentar:
Posting Komentar